Kamis, 24 Juli 2014

New World called "College"

Kuliah? Apa yang pertama kali kalian pikirkan apabila mendengar bangku perkuliahan? Baju bebas, pelajaran sudah menjurus(jadi tidak banyak yang harus dipelajari), peraturan tidak ketat, tidak banyak tugas, hidup enak, jam pelajaran sedikit, apa lagi??? Hidup bak burung elang terbang bebas di angkasa? Kalau kalian berpikir seperti itu, maka kalian Salah Besar! Mindset kalian harus diubah.

Bangku perkuliahan tak seenak yang kalian bayangkan, tak sebebas yang kalian inginkan. Di bangku perkuliahan kalian akan mendapatkan banyak tantangan dari pada saat mengenyam pendidikan di bangku SMA. Dan yang pasti, hal besar telah menanti kalian.

Kuliah bukanlah satu-satunya kegiatan yang akan kalian jalani di kampus. Sebelum memasuki kegiatan belajar-mengajar, terlebih dahulu kalian akan di tempa habis-habisan bak besi panas yang terus di pukul berkali-kali sampai terbentuklah sebilah pedang tajam siap digunakan untuk berperang. Masa di mana kakak-kakak senior menggeser peran dosen-dosen kita untuk memberikan pembelajaran tentang bagaimana kegiatan perkuliahan yang sesungguhnya. Itulah Ospek. Eitss.. jangan berprasangka buruk terlebih dahulu. Ospek bukanlah ajang balas dendam senior ke junior. Ospek adalah pembelajaran. Pembelajaran untuk persiapan masa perkuliahan. Tapi tidak ku pungkiri bahwa ospek memang lumayan “menakutkan”. Di masa ini kita benar-benar di uji.

Seperti halnya ospek di universitasku. Seminggu sebelum ospek di mulai, kami para mahasiswa baru yang “tidak tahu apa-apa” dibebani tugas yang menggunung. Kuhitung saat itu tugas yang di berikan berjumlah 27 tugas. Baik tugas nametag, peralatan, tulisan, PKM, tugas individu, kelompok, dan masih banyak lagi. Tugas banyak dan waktu super singkat yaitu hanya 1 minggu. Saat itu aku benar-benar tidak habis pikir dengan kakak senior. Sebegitu kejamnya mereka.

Ospek hanyalah salah satu dari sekian banyak kegiatan wajib mahasiswa baru. Pelatihan kepemimpinan, keorganisasian, seminar dan segala kegiatan diluar perkuliahan adalah makanan yang akan kalian santap sehari-hari, enak atau tidak, mulut tetaplah harus menelannya meskipun secara mentah-mentah. Dan bila beruntung lidah kalian akan mengecap rasa manis apabila kalian sudah mendapatkan esensi dari pembelaran yang telah ditransfer ke jaringan otak kalian. Ya kalau otak kalian dapat mengunyahnya dengan mudah. Kalau tidak? Nol besar yang kalian dapatkan nantinya.

Dan disinilah hal sulit yang akan kalian hadapi. Adaptasi sistem perkuliahan yang belum pernah kalian jalani yang meharuskan kalian untuk “belajar mandiri”- Student centred  ditambah Tugas kuliah yang menggunung diiringi dengan  tugas-tugas ospek, kegiatan pelatihan kepemimpinan dan keorganisasian wajib yang dijalani secara bersamaan dan tentunya sangat lumayan untuk  membuat stress itu muncul dan menginfeksi pikiran serta mental kalian. Ternyata para senior benar bahwa kuliah yang kujalani itu akan menempatkanku dalam kepadatan. Akhirnya aku tahu mengapa mereka membuat tugas yang berjibun dan waktu yang tak seberapa banyak. Untuk persiapan dan adaptasi. Agar tidak kaget tentunya.

Itulah yang kuhadapi saat ini. Keadaan yang benar-benar berbeda dengan apa yang kubayangkan saat masih SMA dulu. Jadwal kuliah yang padat,  tugas berjubel, setumpuk acara diluar jam kuliah, dan masih banyak lagi. Terutama bila sudah memasuki bulan-bulan sibuk, sabtu-minggu pun tak tersisa waktu luang untuk sekedar merebahkan diri dari kepenatan yang padat. Sungguh menguras waktu, fisik, dan pikiran.  Untungnya aku tak sampai gila gara-gara semua hal ini. Stress? Iya, tapi kuusahakan sebisa mungkin untuk melakukannya. Toh itu juga kewajiban sebagai Mahasiswa. Tentunya apabila kita sudah menyandang gelar “Mahasiswa” Maha-nya Siswa, berarti kita sudah menerima segala konsekuensi yang akan dihadapi.

Tentunya Tidak hanya rasa lelah yang kalian dapatkan di bangku perkuliahan. Ada sejuta pengalaman di alam perkuliahan. Meskipun terkadang sedikit liar tetapi sungguh mengesankan.

Kegiatan di kampus tidak selalu proses belajar-mengajar di kelas. Ada diskusi kelompok dan belajar mandiri yang menuntut kita untuk mengasah intelektualitas diri dan melatih diri untuk menyampaikan pendapat dalam diskusi. Jadi kita tidak terus bergantung pada guru dan teman. Layaknya masa sekolah yang santai, tugas tinggal salin, ulangan tingal lirik sana-sini. Lalu kita juga bisa Mengembangakan rasa kepercayaan diri melalui presentasi, baik itu presentasi paper, student project, atau mungkin presentasi dalam suatu lomba dengan begitu kepercayaan diri akan tumbuh dan kalian akan lebih mudah untuk berbicara di depan audien.

Kalian juga bisa melatih diri dalam bersosialisasi dengan masyarakat. Contohnya aku sebagai mahasiswa pendidikan dokter yang akan menangani pasien yang berasal dari masyarakat. Mengenali mereka dan mempelajari karakteistik individu dan budaya sangat perlu untuk menentukan penyakit apa saja yang akan diderita oleh mereka. Mau tidak mau aku harus bisa bersosialisasi dengan mereka. Dan membuat mereka nyaman saat aku sedang melakukan anamnesis dan physical exercise kepada mereka.

Tidak hanya itu. Hal-hal yang kupaparkan barusan hanya kegiatan yang masih dalam lingkup  pembelajaran kuliah. Diluar itu masih banyak hal baru yang akan kalian temukan. Seperti menjadi panitia Dies natalis, lomba, seminar, panitia Try Out Sbmptn, dan masuk kedalam ranah keorganisasian yang dapat melatih diri untuk bekerja dalam team. Melatih jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas dalam suatu organisasi.
Peserta ANIMASI Islamic Medical Activist 2013.
Panitia Try Out Sbmptn 2014 region Jembrana.
Menjadi mahasiswa itu tanggung jawabnya besar, meskipun lelah dalam menjalaninya, tapi kalian akan mendapatkan banyak teman baru, ilmu baru, pengalaman baru yang belum pernah kalian dapatkan sebelumnya. Kalau sudah menjadi mahasiswa jangan ragu-ragu untuk mengeksploitasi kemampuan diri. Tidak usah tangung-tanggung. Kemampuan diri tidaklah sama dengan sumber daya yang akan habis apabila kalian gunakan. Justru dengan kalian mengeksploitasinya secara besar-besaran kemampuan kalian akan terasah dan berkembang jauh dari apa yang akan kalian bayangkan. Dengan begitu pengalaman dan prestasi akan memenuhi perjalan kalian di alam perkuliahan.

Pelantikan Anggota Inti Kelompok Ilmiah Hippocrates FK UNUD.
Panitia HUT kelompok Ilmiah Hippocrates ke-10. Tapi sesi narsis wkwkwk :D
Jujur aku ga bakat buat memotivasi seseorang. Aku aja anti motivasi mainstream macem Mario Teguh*Sorry buat penggemar Mario teguh. Aku lebih suka motivasi yang berbalut cerita kayak Ahmad Fuadi atau Hanum Salasabela Rais. Tapi, semoga tulisan yang “tidak berbobot” ini dapat memotivasi kalian walaupun sedikit. Sedikit tapi mengena, easy? :D

Dan buat adek-adek 2014 - "Welcome to unpredictable wild world of college." :D


Sabtu, 07 Juni 2014

Selamat Tinggal Nenek :'(

“Innalilahi wa innailaihi rojiun”

Pasti kalian semua sudah tahu kejadian yang terjadi saat kalimat itu disebutkan. kalimat yang menandakan bahwa ada seseorang yang telah kembali ke sisi Allah SWT, meninggalkan dunia dan meninggalakan seluruh keluarga tercintanya.

Senin, 26 mei 2014 adalah hari yang tak pernah kutunggu-tunggu. Hari yang tak pernah terbesit sedikitpun di benakku bahwa hari itu akan terjadi. Di hari itu, nenek tercintaku  telah meninggal :’(.

Hari minggu pagi, aku sedang bersuka ria merayakan kemenangan klub sepak bola favoritku yaitu Real Madrid yang telah memenangkan Liga Champion untuk yang kesepuluh kalinya. Tapi kesenangan itu hilang setelah ibuku memberitahu bahwa nenekku yang berada di Banyuwangi masuk rumah sakit karena sakit lambungnya kambuh. Ini sudah ketiga kalinya nenekku masuk rumah sakit. Sebelumnya, di awal januari dan pertengahan februari lalu, nenekku juga masuk rumah sakit dan nenekku berhasil keluar dari rumah sakit dengan keadaan normal kembali, sehat kembali. Tapi untuk sakit kali ini rasanya berbeda. Seakan ini adalah sakit yang terlahir kalinya yang akan dirasakan oleh nenekku. Dan ternyata itu benar, dia tidak hanya tidak merasakan sakit lagi, akan tetapi dia juga pergi. Pergi ke dunia yang tak bisa kuraih saat ini.

Aku sempat menjaga nenekku yang sakit saat dia sakit di Bulan Februari lalu. Saat itu aku sedang liburan semester di Banyuwangi. aku melihat bagaimana buruknya keadaan nenekku saat sakit. Dia muntah darah setengah kantong kresek berukuran sedang. Terbilang cukup banyak. Budeku yang selama ini merawatnya langsung membawanya kerumah sakit. Aku mejaganya bersama budeku bergantian dengan keluargaku yang lain selama 1 minggu. Saat itu aku tidak lagi memikirkan liburan dan jalan-jalan atau hal kesenangan lainnya. Yang kuinginkan adalah kesembuhan dari nenekku.
Nenekku yang sakit di Bulan Februari lalu.
Saat ini hal itu terulang lagi. Dan aku tidak bisa menjaga nenekku lagi seperti dulu karena aku sedang kuliah  dan berada jauh di Bali. Sungguh saat itu rasanya aku ingin bolos kuliah dan langsung pergi ke Banyuwangi. Saat itu ibuku berencana akan mengajak satu keluarga untuk pulang ke Banyuwangi melihat nenekku. Rencananya kami pulang di hari selasa mendekati liburan kuningan agar aku tidak banyak bolos kuliah. Tetapi rencana itu gagal setelah budeku menelepon bahwa nenekku sudah meninggal di hari senin dini hari.

Minggu malam aku tidur larut malam setelah melihat film dan mempersiapkan untuk kuliah hari senin. Aku tidur sampai jam setengah sebelas. Saat sedang tertidur lelap, tiba-tiba ibuku membangunkan. Ibuku memberitahu bahwa dia mendapat telpon dari bude bahwa nenekku tidak sadarkan diri. Saat itu aku tegang. Aku takut kalau nenekku meninggal. Kulihat jam menunjukkan pukul satu pagi. Yang bisa kulakukan saat itu hanyalah berdoa semoga nenekku baik-baik saja. Dan sepertinya doaku tidak terkabul. Setelah beberapa menit ibuku kekamarku untuk membaritahu keadaan nenekku, sekarang gentian ayahku yang kemarku untuk memberitahuku. Memberitahukan hal yang tidak pernah ingin kudengar dalam hidupku. “mbah’e meninggal”. Kalimat yang terucap dari bibir ayahku itu benar-benar membuat kesedihan datang bak air bah. Seketika aku menangis. Menangisi kepergian nenekku. Saat itu yang ada difikiranku hanya nenekku saja tidak ada yang lain. Dan di saat bersamaan aku juga melihat ibuku menangis. Nenekku yang ini adalah ibu dari ibuku.

Setelah itu ayahku langsung menyuruhku dan adik-adikku untuk memberesi barang-barang. Saat itu juga kami sekeluarga langsung pulang ke Banyuwangi. Tanpa makan, tanpa mandi, tanpa mempersiapkan apapun. Tepat pukul dua pagi dengan baju tidur dan membawa barang sedaanya kami sekeluarga langsung berangkat. Di perjalanan aku tidak bisa tidur. Tegang itulah rasa yang kurasakan selain rasa sedih. Aku masih tidak percaya bahwa nenekku mininggal.

Sampai di banyuwangi aku melihat rumah nenekku sudah di penuhi pelayat. Bendera kuning terpasang disamping rumah. Aku menyalami orang-orang di depan rumah yang sedang melayat nenekku. Setelah itu aku masuk. Aku melihat jenazah nenekku terbaring di atas papan tertutupi dengan kain. Seketika badanku langsung lemas. Aku langsung menangis depelukan budeku. Aku tidak sanggup untuk melihat nenekku. jadi aku hanya duduk sambil menangis di kamar ditemani oleh budeku. Yang kulihat hanya hawa kesedihan dirumah itu. Semua tenggelam dalam kesedihan sendiri-sendiri tidak ada yang mau berbagi. Ibukku, tanteku yang biasanya ceria dan suka guyon, sepupuku, semua tidak ada yang mau diajak biacara termasuk aku. Kami semua benar-benar tenggelam dalam kesedihan sendiri-sendiri. Tidak ada kata curhat untuk hal ini. Kami semua diam membisu.

Aku baru keluar dari kamar saat jenazah nenekku akan dimandikan. Aku melihat wajahnya yang sudah mulai membiru. Kerut wajahnya yang sudah tua. Raut wajah yang datar dan tubuhnya yang kaku. Aku masih tidak percaya. Dulu tubuh itu yang selalu ceria, selalu menemaniku, sekarang hanyalah tubuh yang tak berucap, tak bergerak, tak bernyawa. Aku ikut menyolati nenekku dan mengantarnya ke tempat pemakaman. Aku tidak berhenti melihat jenazah nenekku sampai tanah menguburnya. Aku terus-menerus melihatnya. Melihat dengan mata berlinang air mata.

Nenekku adalah orang yang kusayangi selain orang tuaku. Umur 3 bulan aku sudah dirawat nenekku. Almarhumah sudah membawaku ke banyuwangi di umurku yang masih sangat belia dikarenakan adikku sakit dan nenekku takut aku juga tertular sakit. Karena anak kembar biasanya gampang sakit dan memiliki kecacatan.

Nenekku sering bercerita tentang aku yang masih bayi. Nenekku bercerita bahwa aku gampang sakit. Baru satu bulan masuk rumah sakit dan sembuh 2 hari, aku masuk rumah sakit lagi. Dan itu berulang-ulang terus setiap hari setiap tahun. Tapi nenekku sabar merawatku. Saat bulan puasapun dia setia merawatku, menggendongku kemana-mana untuk menenangkan tangisku. Mungkin aku beruntung bisa hidup sampai umur Sembilan belas tahun ini atau mungkin ini juga hail kerja keras nenekku yang selalu mejagaku selama aku sakit saat balita. Nenekku juga pernah bercerita bahwa dia pernah putus asa dan pasrah dengan keadaanku (sampai putus asa dan pasrah! Begitu beratkah sakitku dulu sampai nenekku pernah merasa seperti itu?) Dia tidak tega dengan keadaanku yang masih balita dan terus-menerus menderita karena sakit. Dia juga sudah merelakanku apabila aku meninggal dunia daripada aku sakit-kaitan terus. Tapi sampai saat ini aku masih hidup, mungkin ini adalah pemberian yang setimpal dari Allah atas hasil kerja keras dari nenekku dulu.
Aku, Nenekku, Budeku dan mbak sepupuku.
Nenekku yang berbaju hitam totol-totol putih dan aku diatasnya.
Aku benar-benar menyayangi nenekku, dua belas tahun lamanya dia merawatku sampai aku tumbuh dewasa. Dia sudah kujadikan sebagai ibu keduaku.

Aku ingin bertanya kepada kalian, bagaimana rasanya saat ibu kalian meninggal? Sudah pasti kalian sangat sedih. Begitu juga dengan perasaanku saat nenekku meninggal.

Aku sangat kehilangan ibu keduaku yang sudah merawat dan membesarkanku.  Kerja keras dan doanyalah yang membuatku bertahan hidup sampai sekarang. Adanya nenekku benar-benar berpengaruh besar dalam hidupku. Sekarang semua itu tinggal kenangan. Hanya tinggal memori di kepalaku. Memori yang akan kusimpan dan akan kuputar saat aku ingin mengenang nenekku kembali. Sedih itu masih kurasakan sampai sekarang. Sampai detik saat aku menulis inipun aku masih sedih. Arrgghh.. aku masih ga percaya kalau nenekku meninggal. Sampai sekarang aku masih merasa bahwa nenekku masih hidup di Banyuwangi sana. Daaammnnn!!! :’(

Sekarang yang bisa aku lakukan hanya berdo’a, semoga dosa nenekku diampuni dan dia diberikan ketenangan di alam sana. Dibeikan tempat yang luas, tidur yang tenang dan diberikan cahaya di alam kubur. Do’aku selalu menyertaimu my beloved grandmom. oh Wish you were here :’(.

Rabu, 21 Mei 2014

Dilema berkelanjutan

Hello teman penggila blog. Mumpung lagi semangat ngeblog. Disini aku mau nerusin kegalauanku tentang menjadi mahasiswa pendidikan dokter kemarin. Ternyata kegalauanku menjadi mahasiswa Pendidikan Dokter ga sampai sana aja. Di postingan sebelumnya aku membahas tentang kegalauanku karena menjadi mahasiswa Pendidikan Dokter itu lama. Lama banget setelah 3,5 tahun pendidikan formal dan 1,5 tahun pendidikan internship pematangan untuk menjadi dokter. Kita tidak langsung akan mendapatkan pekerjaan menjadi dokter.
fasilitator-ku pernah cerita tentang pengalamannya setelah dia lulus menyandang gelar dr. di dibelakangnya.
Setelah dua tahun selalu datang pagi di rumah sakit, jaga malam, dimarahi senior karena kesalahan. Hilang begitu saja setelah kelulusan. Pagi-pagi bangun, bingung mau ngapain. Ke kampus? Ngapain kan udah lulus, masak mau ngunjungi atau jalan-jalan ke rumah sakit? Ga munkin juga. Kerja juga ga bisa karena belum ujian UKDI(ujian kelulusan dokter indonesia). Trus ngapain donk?” kata fasilitatorku pas SGD di kampus.
Setelah dipikir-pikir iya juga sih. Ga ada yang di lakuin setelah kita lulus. Ga kuliah dan juga ga kerja. Bikin tambah galau*Dilema stadium 4 nih :’(. Waktu masih kuliah kita ga bisa cari uang karena masih masa pendidikan jadi masih bergantung sama orang tua dan setelah lulus kita juga bakal masih bergantung sama orang tua karena belum bisa kerja.
Pikirin coba, udah lulus kuliah dan menyandang gelar dokter tetep masih numpang sama orang tua? Malu banget sama anak jurusan lain. Malu banget sama anak yang ga kuliah dan udah jadi pengusaha. Bisa mencukupi kebutuhan sendiri dan bila rezeki banyak bisa ngasih orang tua. Sedangkan diriku sedih banget..*betapa merananya diriku :’(
Tahu sendiri kan kuliah di kedokteran itu ga gampang dan ga murah. Tugas banyak, belum lagi kalau kita ikut kepanitian dan kepengurusan. Kerjaan tambah banyak. Kalau misalnya ga ikut kegiatan di luar kuliah dan fokus kuliah? Ga bisa karena syarat wisuda itu selain hasil di pendidikan formal juga ada syarat yaitu SKP-sertifikat/piagam yang berisi nilai yang di dapat saat mengikuti kepanitian, kepengurusan, seminar dan acara lainnya. Jadi kita harus mengumpulkan angka dengan jumlah tertentu yang telah di tentukan oleh pihak kampus. Nah baru kita bisa wisuda. Susah kan? *Klo ada yang bilang ga susah tak jitak batoknya wkwkkw :D
Lalu misalnya nih kita udah dapet kerja baik itu buka praktek sendiri atau kerja di rumah sakit. Honornya tidak seberapa. Dan kata dosenku kita bakalan masih numpang duit sama orang tua #arghhh malu banget udah kerja masih minta ortu… *ga banget keles..
Kapan ya aku bisa menggantikan peran orang tuaku untuk menafkahi keluarga? *Kapan-kapan mas.. :’(
Bukannya aku tergila-gila sama uang tapi aku pengen bisa lepas dari orang tua. Bisa cari duit sendiri. Bisa menafkahi orang tuaku dan keluargaku dengan hasil keringatku sendiri. Pasti rasanya seneng banget tuh. Dan tentunya bangga banget. Rasanya seperti laki-laki yang sudah menajamkan kejantanannya*ngemengepek wkwkkwk :D
Selain kegalauan di atas masih ada lagi nih.
Di zaman sekarang, regulasi hukum untuk dokter semakin ketat dan pasien jaman sekarang itu gampang untuk menuntut dokter. Berkata bahwa dokter melakukan kesalahan. Padahal mereka tidak tahu prosedur medis yang di lakukan bagaimana. Seperti kasus Dokter Ayu.
Dokter Ayu dengan ke-dua rekannya yaitu Dokter Henry dan Dokter Hendy melakukan operasi caesar kepada Siska Makatey. Saat sedang dalam operasi terjadi emboli udara, yakni udara masuk ke pembuluh darah yang masuk ke dalam bilik kanan jantung yang menghambat darah masuk ke paru-paru. Akibatnya terjadi kegagalan fungsi paru-paru dan selanjutnya mengakibatkan kegagalan fungsi jantung. Seperti yang diketahui bahwa emboli itu tidak bisa di sembuhkan. Diketahui bahwa dr. Ayu dan teman-temannya sudah melakukan prosedur medis yang benar dan saat keadaan darurat Informed Concent tidak dibutuhkan. Jadi menurut prosedur medis mereka tidak bersalah. Akan tetapi mereka tetap dituntut karena melakukan kelalaian.
Bisa dilihat dari contoh diatas bahwa menjadi dokter itu gak gampang, mahal dan susah. Jadi kenapa aku tetap memilih kuliah Pendidikan Dokter?
Pada saat aku memilih jurusan ini, karena aku berfikir image dokter itu sangat bagus. Jadi dokter itu keren, bisa dapet uang banyak, disegai dan dihormati dan bisa bantu masyarakat dengan ikhlas*sifatku banget^^ padahal enggak wkwkw. Dan saat itu dari kelurga banyak yang mendukung aku untuk masuk di jurusan ini. Jadi aku milih jurusan ini deh. Dan ternyata keadaan yang sebenarnya tidak seperti yang kubayangkan.
Tapi setelah 1 semeter lebih kujalani, aku mulai merasa nyaman. Nyaman dengan keadaan yang super padat dan bikin capek. Ya meskipun aku masih dilema tentang masa depan yang dihadapi dokter yang sedikit agak kurang jelas hehehe. Begitulah kehidupan, tiada yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah semata. Sabar dan bertawakal kepada Allah adalah jalan utama untuk melalui semua ujian yang diberikan olehnya. Semoga bias mendapatkan hikmah dari semua yang telah dijalani, sehingga bisa mendapatkan pelajaran berharga untuk mejalani hari esok. Amin.

Sabtu, 05 April 2014

Nyepi, The Silent Day

Hari senin tanggal 31 maret tahun 2014 adalah hari spesial bagi umat hindu, karena di hari itu mereka akan merayakan pergantian tahun saka dari tahun 1935 ke tahun 1936. Tahukah kalian hari apa itu? Hari itu adalah hari Raya Nyepi bagi umat hindu.

Tahukah kalian, apa itu nyepi? Nyepi adalah hari dimana umat hindu tidak melakukan aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasionalpun tutup, namun tidak untuk rumah sakit. Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup. Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka.*comot dari Wikipediadotcom hehe

Eh nyepi sudah ditetapkan menjadi warisan dunia oleh UNESCO. UNESCO dan publik dunia menamainya sebagai The Silent Day, mereka juga memperingatinya dengan tidak beraktifitas selama 2 jam lho #FFS-Fantastic Fenomenal Spectaculer :D

Saat itu aku mendapatkan libur 4 hari. Lumayan buat istirahat sejenak dari segala kepenatan kampus. Ya meskipun waktu itu aku masih ada kerjaan, yaitu sosialisasi TO SBMPTN yang di selenggarakan oleh BEM Universitas Udayana. Padahal aku sie Produksi dan Dokumentasi tapi kenapa di suruh sosialisasi? Kayak sie Humas aja, tapi ga papa sih itung-itung jalan-jalan ke desa :D

Yang kutunggu-tunggu dari nyepi ini adalah Carnaval Ogoh-ogoh*yeeee. Jujur meskipun aku lahir di Bali tapi aku belum pernah merasakan nyepi di Bali, karena aku besar di Jawa tepatnya kota kecil banyuwangi. So, this is my first experienceExcited banget, bisa mengobati rasa kangen pada carnaval. Sok-alnya di Banyuwangi  itu banyak sekali ngadain carnaval.  Mulai dari carnaval Maulid Nabi Muhammad SAW yaitu carnaval Endog-endogan. Jadi kita ngehias pohon pisang pake telor yang sudah di hias berbagai macam pernak-pernik trus diarak deh keliling kota. Lalu Carnaval Tujuh Belas Agustusan. Disini ada banyak carnaval, ada Carnaval Sepeda Hias, Carnaval Lampion, Carnaval Defile dan yang terakhir Carnaval Adat*jadi inget pas TK, ikut Carnaval adat pake baju pengantin. Dan yang paling baru yaitu BEC, Banyuwangi Ethno Carnival yang di gagas oleh pak bupati baru, Bapak Anas. 

Wah saat masih di sekolah dasar aku sering mengikuti semua carnaval itu kecuali defile dan BEC. Kalau defile kurang tertarik. Lalu kalau BEC masih baru berjalan 2 tahun, Tapi carnaval ini keren abis moga bisa menyaingi Jember Fashion Carnaval yang masih terbesar se-Indonesia.

Di Bali itu jarang banget ada carnaval kayak di Banyuwangi. Padahal bali-kan kota budaya tapi aku jarang liat ada carnaval dan yang ku tahu cuma Carnaval Ogoh-ogoh ini. Makanya aku kangen banget dan pengen melihat carnaval ini.

Nah malam ini Carnaval Ogoh-ogoh di mulai dari sore. Ternyata carnavalnya itu ga teratur, ga satu jalur, jadi mereka jalan secara acak mengunjungi banjar-banjar di sekitar mereka. jadi aku liatnya di Simpang Enam dekat rumahku, karena mereka pasti lewat jalur itu.

Carnavalnya cukup meriah. Aku suka banget ngeliat mahakarya anak-anak bangsa dari bali. Mereka kreatif-kreatif membuat ogoh-ogohnya. Bentuknya bermacam-macam. Ada yang kecil, ada yang besar dan detail itu detail banget, tapi satu hal yang sama dari mereka semua yaitu patung manusia yang mengeluarkan setan dan berusaha ditahklukan oleh dewa mereka. itu yang kulihat dari semua patung meskipun berbeda bentuk tapi intinya sama, mengusir setan. 
foto-foto ogoh-ogoh yang ku dengan keadaan blur


Keesokan harinya, kerjaanku cuma diem di rumah, karena kita ga boleh keluar, ga boleh hidupin lampu dan lebih tepatnya tidak boleh beraktifitas. Tapi dirumahku aktifitas tetap berjalan dan lampu tetap menyala. Biar ga dimarahi pecalang, segala lubang fentilasi rumah yang dapat membuat cahaya keluar, di tutupi pakai kardus, jadi aman deh :D.

Rasanya enak karena semuanya sepi. Ga da polusi udara dan ga ada polusi suara yang ada hanya rasa tenang dan sejuk. Aku bisa merasakan angin sepoi-sepoi, udara yang sejuk, kicauan burung*jarang lo kicauan burung kedengerang ditengah kota. Bali jadi seperti pulau mati tanpa kehidupan. Andai bisa keluar dan jalan-jalan pasti enak banget, tapi sayangnya ga bisa. Ehm bisa sih tapi ya kalau mau di kejar-kejar sama pecalang wkwkwk. Tapi saat sore aku bisa dengerin suara langkah kaki anak-anak kecil berlarian, jadi aku langsung deh buka pintu. Kaget banget, ternyata banyak orang yang keluar rumah di jalanan dan ada pecalangnya lo. Kok ga di marahi ya? Kayaknya pecalangnya lagi teler abis jaga semaleman*ups hehehe.

Pokoknya buat nyepi itu teopebegete :D Kita jadi bisa keluar dari keramain kota, walaupun hanya sejenak. Tapi cukup untuk merasakan kesunyian yang jarang di dapat. Next year, aku bakal sering keluar saat nyepi dan jalan-jalan keliling kota*maaf ya pecalang, jangan marahi aku :D

Jumat, 04 April 2014

Dilema Mahasiswa Pendidikan Dokter

Dokter! Siapa sih yang ga tau profesi yang satu ini. Ya sebuah profesi yang katanya memiliki nilai mulia karena bertujuan untuk menolong orang. Dokter selalu di pandang tinggi oleh masyarakat karena perannya sebagai tenaga medis sering membantu orang yang mengalami masalah dalam kesehatannya. Perannya benar-benar vital karena apabila tidak ada dokter, yang akan terjadi adalah meningkatnya epidemiologi penyakit tidak terkontrol atau angka mortalitas tinggi yang di akibatkan masyarkat yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan.

Banyak yang mengatakan bahwa dokter adalah orang yang hidupnya mapan. Segala kebutuhan tercukupi dan hidupnya sejahterah serta sentosa. Menurutku itu cara pandang yang salah. Karena tidak selamanya dokter memiliki hidup yang seperti itu. Meskipun banyak dokter yang hidupnya mapan, itu tidak lain adalah kerja kerasnya untuk mencukupi kebutuhannya dan tidak semerta-merta mendapatkan uang begitu saja. Karena salah satu janji dokter adalah “mementingkan kepentingan pasien dari pada kepentingan pribadi” jadi dokter tidak boleh memikirkan untuk mendapatkan profit yang banyak.

“Jadi dokter itu gak gampang dan jadi dokter itu susah” itulah kata-kata yang sering di ucapkan oleh dosen-ku di kampus.

Dosen yang mengucapkan kata-kata itu tidak hatu satu-dua orang saja akan tetapi banyak. Sangat jarang ada dosen yang berkata apabila menjadi dokter itu gampang dan enak. Jarang banget dan sepertinya memang hampir ga ada yang mengatakan seperti itu.

Belum jadi dokter dan masih menjadi mahasiswa seperti diriku saja, sudah banyak kesusahan yang aku alami*lebih tepatnya ku galauin hehehe. Ehm aku pernah galau gara-gara mikirin lamanya menempuh pendidikan untuk menjadi dokter. Kalau di hitung, pendidikan formal saat di kampus 3,5 tahun setelah itu ada pendidikan intership 1,5 tahun untuk pematangan menjadi dokter jadi kita menjadi co-assistant dokter yang ada di rumah sakit pendidikan contohnya RSUP Sanglah yang menjadi rumah sakit pendidikan universitasku. Itu apabila tapat waktu, kalau tidak ya bisa disimpulkan bakalan molor lebih panjang.

Trus kapan donk aku bisa cari uang sendiri?

Dan ga selalu mendapatkan beasiswa dari orang tua?

Kapaann?...

Capek banget rasanya kalau setiap hari harus minta uang jajan buat kuliah ke orang tua. Mana spp mahal ditambah pembayaran diluar spp seperti seminar, iuran, bayar kegiatan informal, beli buku dan masih banyak lagi yang harus dibayar dan itu ga sedikit biayanya. Masih mending kalau cuma sepuluh ribu tapi ini rata-rata tiga puluh ribu keatas dan kadang sampek juta #gila bener. Dapet uang dari mana orang tuaku? Mau Bayar pake daon? Ya ga mungkinlah.

Aku sering ga minta uang buat jajan. Mintanya cuma buat bayar untuk kuliah aja. Sedih banget tau gak sih. Ngeliat temen-temen bisa beli apapun dengan senangnya, dengan senyuman, dengan entengnya membelanjakan kertas hijau di kantongnya. Tahu sendirikan mahasiswa pendidikan dokter gito-loh. Pastinya orang tua mereka beruang *eh tp bukan beruang beneran ya. Maksudnya memiliki banyak uang. Aku sering liat mereka belanja ke kantin kampus, nongkrong sambil ketawa-ketiwi, dan dengan santainya membeli makanan yang harganya ga terjangkau oleh kantongku. Sedangkan aku hanya bisa menatap dengan iri. Aku sih ga berharap bisa kayak mereka, aku hanya ingin kehidupanku tercukupi *cukup beli iphone, cukup beli baju branded, cukup beli jaket, sepatu, tas wkwkw ehmm ga segitunya kalee.  :D tp... :’( sedih banget rasanya.

Mereka dengan enaknya menghamburkan uangnya tanpa beban. Pergi ke mall, Mc Donald, KFC, dan tempat sejenis. Nongkrong di kafe-kafe sambil foto selfie, jepret sana - jepret sini. Begitulah kehidupan anak-anak sosialita penuh dengan gemerlap, bikin ngiri banget.

Kenapa aku ga kuliah yang cepat trus kerja aja? Biar ga bergantung sama orang tua.
Atau langsung bikin usaha? Kan lumayan tuh udah ngerintis dari muda.. ehmm tp usaha apa ya? Usaha ga kerja tapi dapet uang *yee.. ngayal ketinggian keles wkwkwk.

Tp setelah difikir-fikir, aku ingat kembali ke niatku. Kalau aku ini sedang mencari ilmu sebanyak-banyaknya dan melanjutkan cita-cita ayahku yang ingin menjadi dokter. Ya sabar aja sih ya. Dijalani aja semuanya dengan hati yang ikhlas tanpa pamrih #kan itu salah satu sifat dokter, ikhlas tanpa pamrih*inget pelajaran medprof. Yah bulatkan tekad aja deh. Man jadda wajada (Barang siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil). Man sobaro zdofira (Barang siapa yang bersabar akan beruntung)*jadi inget pelajaran Mahfuzhod-nya Ustad Efendi sewaktu di Al-mawaddah dulu :D

Kamis, 03 April 2014

Prologue : The Bigenning


Cerita ini adalah awal dari semua. kalau kata Noah itu "awal dari semula". lepas dari masa SMA adalah masa dimana kita akan menemukan dunia baru. membuka lembaran baru dari aliran cerita dunia. Inilah diriku Mohammad Lutfi Ramadhani Adam. Anak pertama dari 4 bersaudara, usia 19 tahun dan sekarang sedah menjalani masa studi di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Jurusan Pendidikan Dokter.

Sebenarnya gak pernah menyangka, kalau aku bisa masuk di Fakultas Kedokteran dan di jurusan Pendidikan Dokter. Salah satu jurusan yang banyak diminati oleh pemuda-pemudi di Indonesia. Rasanya kayak pelm mission imposibleImposible banget tapi kejadian.




Meyandang gelar Mahasiswa Kedokteran itu bangga banget, selain karena menjadi dokter itu mulia, menjadi dokter juga bisa mengubah nasib hidup terutama bisa punya banyak duid*aku ga munafik lo, kalau aku juga pengen punya banyak duid, eh tapi jangan salah itu dari cara dan hasil yang halal tentunya :D. Terus Apa lagi kalau ada temen atau sanak-sodara yang memuji kita bisa masuk ke jurusan itu dan untung-untung kalau kamu bisa beneran jadi dokter*wah bisa kepedean selangit trus senyum-seyum sambil busungin dada kedepan wkwkwk.


Aku mendengar kabar gembira ini saat aku berada di MBI Amanatul Ummah Pacet Mojokerto. Sekolah yang sudah membimbingku. Sekolah yang memiliki guru-guru yang benar-benar kompeten di setiap bidangnya sehingga aku mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapanku.


Waktu itu adalah hari kamis di pertengahan musim hujan. Hari itu adalah hari yang menegangkan karena di hari itu akan di umumkan pengumuman kelulusan tes SNMPTN oleh Departemen Pendidikan Nasional secara online.


Sebenarnya aku dan teman-temanku bisa melihat sendiri hasilnya di website SNMPTN, tapi id dan password di pegang oleh pihak sekolah, jadi kami akan mendengarkan pengumuman bersama-sama di depan kantor sekolah.


Sebelum Pak Cecep membacakan nama-nama yang lulus SNMPTN, beliau menyuruh kami berkumpul terlebih dahulu di mushola untuk melakukan sholat ashar berjamaah dan memanjatkan do’a agar kami semua bisa lulus.

Pak Cecep selaku koordinator sekolah membacakan satu per satu nama yang lulus. Aku dan teman-teman mendengarkannya di depan kantor.


Satu per satu nama-nama teman-temanku disebutkan oleh beliau. Terlihat sekali seyum sumringah tampak di wajah mereka. Akan tetapi disisi lain, wajah sedih dan murung juga terlihat karena memang cuma satu-satu orang saja yang lulus. Sedikit sekali lo yang lulus. Sampai urutan nama berabjad M aja masih kurang dari 20 orang padahal angkatanku berjumlah 195 orang. Aku jadi tambah deg-degan saat itu.


Dan ternyata secara perlahan Pak Cecep menyebutkan namaku dan jurusan serta universitas mana yang menerimaku. Langsung spontas aku sujud syukur terus salaman sama guru di ruang kantor. Rasanya seneng banget, beban hilang semua kayak tolak angin, wes ewes ewes bablas angine :D.




Dan yang bikin tambah seneng, setiap aku bertemu dengan temen di kantin, di kamar, di kamar mandi pasti ada temen yang menyapa. Ada yang bilang “ wuih pak dokter rek”itu kalau teman sejawat, kalau adik kelas “wah keren mas iso mlebu ndek kedokteran” kalau gak ya “wah selamet yo mas klebu nok kedokteran”. Trus lagi di sosmed seperti fesbuk dan twiter itu banyak yang mengucapkan selamat. Seneng rasanya belum jadi dokter aja rasanya derajat udah ditinggikankan oleh Allah SWT. Benar-benar profesi yang mulia.


But this is just beginning. Jalan di depan masih panjang. Masih banyak yang harus dilakukan untuk mempersiapkan diri di jejang perkuliahan. Satu kata aja, ganbatte :D