Rabu, 21 Mei 2014

Dilema berkelanjutan

Hello teman penggila blog. Mumpung lagi semangat ngeblog. Disini aku mau nerusin kegalauanku tentang menjadi mahasiswa pendidikan dokter kemarin. Ternyata kegalauanku menjadi mahasiswa Pendidikan Dokter ga sampai sana aja. Di postingan sebelumnya aku membahas tentang kegalauanku karena menjadi mahasiswa Pendidikan Dokter itu lama. Lama banget setelah 3,5 tahun pendidikan formal dan 1,5 tahun pendidikan internship pematangan untuk menjadi dokter. Kita tidak langsung akan mendapatkan pekerjaan menjadi dokter.
fasilitator-ku pernah cerita tentang pengalamannya setelah dia lulus menyandang gelar dr. di dibelakangnya.
Setelah dua tahun selalu datang pagi di rumah sakit, jaga malam, dimarahi senior karena kesalahan. Hilang begitu saja setelah kelulusan. Pagi-pagi bangun, bingung mau ngapain. Ke kampus? Ngapain kan udah lulus, masak mau ngunjungi atau jalan-jalan ke rumah sakit? Ga munkin juga. Kerja juga ga bisa karena belum ujian UKDI(ujian kelulusan dokter indonesia). Trus ngapain donk?” kata fasilitatorku pas SGD di kampus.
Setelah dipikir-pikir iya juga sih. Ga ada yang di lakuin setelah kita lulus. Ga kuliah dan juga ga kerja. Bikin tambah galau*Dilema stadium 4 nih :’(. Waktu masih kuliah kita ga bisa cari uang karena masih masa pendidikan jadi masih bergantung sama orang tua dan setelah lulus kita juga bakal masih bergantung sama orang tua karena belum bisa kerja.
Pikirin coba, udah lulus kuliah dan menyandang gelar dokter tetep masih numpang sama orang tua? Malu banget sama anak jurusan lain. Malu banget sama anak yang ga kuliah dan udah jadi pengusaha. Bisa mencukupi kebutuhan sendiri dan bila rezeki banyak bisa ngasih orang tua. Sedangkan diriku sedih banget..*betapa merananya diriku :’(
Tahu sendiri kan kuliah di kedokteran itu ga gampang dan ga murah. Tugas banyak, belum lagi kalau kita ikut kepanitian dan kepengurusan. Kerjaan tambah banyak. Kalau misalnya ga ikut kegiatan di luar kuliah dan fokus kuliah? Ga bisa karena syarat wisuda itu selain hasil di pendidikan formal juga ada syarat yaitu SKP-sertifikat/piagam yang berisi nilai yang di dapat saat mengikuti kepanitian, kepengurusan, seminar dan acara lainnya. Jadi kita harus mengumpulkan angka dengan jumlah tertentu yang telah di tentukan oleh pihak kampus. Nah baru kita bisa wisuda. Susah kan? *Klo ada yang bilang ga susah tak jitak batoknya wkwkkw :D
Lalu misalnya nih kita udah dapet kerja baik itu buka praktek sendiri atau kerja di rumah sakit. Honornya tidak seberapa. Dan kata dosenku kita bakalan masih numpang duit sama orang tua #arghhh malu banget udah kerja masih minta ortu… *ga banget keles..
Kapan ya aku bisa menggantikan peran orang tuaku untuk menafkahi keluarga? *Kapan-kapan mas.. :’(
Bukannya aku tergila-gila sama uang tapi aku pengen bisa lepas dari orang tua. Bisa cari duit sendiri. Bisa menafkahi orang tuaku dan keluargaku dengan hasil keringatku sendiri. Pasti rasanya seneng banget tuh. Dan tentunya bangga banget. Rasanya seperti laki-laki yang sudah menajamkan kejantanannya*ngemengepek wkwkkwk :D
Selain kegalauan di atas masih ada lagi nih.
Di zaman sekarang, regulasi hukum untuk dokter semakin ketat dan pasien jaman sekarang itu gampang untuk menuntut dokter. Berkata bahwa dokter melakukan kesalahan. Padahal mereka tidak tahu prosedur medis yang di lakukan bagaimana. Seperti kasus Dokter Ayu.
Dokter Ayu dengan ke-dua rekannya yaitu Dokter Henry dan Dokter Hendy melakukan operasi caesar kepada Siska Makatey. Saat sedang dalam operasi terjadi emboli udara, yakni udara masuk ke pembuluh darah yang masuk ke dalam bilik kanan jantung yang menghambat darah masuk ke paru-paru. Akibatnya terjadi kegagalan fungsi paru-paru dan selanjutnya mengakibatkan kegagalan fungsi jantung. Seperti yang diketahui bahwa emboli itu tidak bisa di sembuhkan. Diketahui bahwa dr. Ayu dan teman-temannya sudah melakukan prosedur medis yang benar dan saat keadaan darurat Informed Concent tidak dibutuhkan. Jadi menurut prosedur medis mereka tidak bersalah. Akan tetapi mereka tetap dituntut karena melakukan kelalaian.
Bisa dilihat dari contoh diatas bahwa menjadi dokter itu gak gampang, mahal dan susah. Jadi kenapa aku tetap memilih kuliah Pendidikan Dokter?
Pada saat aku memilih jurusan ini, karena aku berfikir image dokter itu sangat bagus. Jadi dokter itu keren, bisa dapet uang banyak, disegai dan dihormati dan bisa bantu masyarakat dengan ikhlas*sifatku banget^^ padahal enggak wkwkw. Dan saat itu dari kelurga banyak yang mendukung aku untuk masuk di jurusan ini. Jadi aku milih jurusan ini deh. Dan ternyata keadaan yang sebenarnya tidak seperti yang kubayangkan.
Tapi setelah 1 semeter lebih kujalani, aku mulai merasa nyaman. Nyaman dengan keadaan yang super padat dan bikin capek. Ya meskipun aku masih dilema tentang masa depan yang dihadapi dokter yang sedikit agak kurang jelas hehehe. Begitulah kehidupan, tiada yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah semata. Sabar dan bertawakal kepada Allah adalah jalan utama untuk melalui semua ujian yang diberikan olehnya. Semoga bias mendapatkan hikmah dari semua yang telah dijalani, sehingga bisa mendapatkan pelajaran berharga untuk mejalani hari esok. Amin.