Sabtu, 07 Juni 2014

Selamat Tinggal Nenek :'(

“Innalilahi wa innailaihi rojiun”

Pasti kalian semua sudah tahu kejadian yang terjadi saat kalimat itu disebutkan. kalimat yang menandakan bahwa ada seseorang yang telah kembali ke sisi Allah SWT, meninggalkan dunia dan meninggalakan seluruh keluarga tercintanya.

Senin, 26 mei 2014 adalah hari yang tak pernah kutunggu-tunggu. Hari yang tak pernah terbesit sedikitpun di benakku bahwa hari itu akan terjadi. Di hari itu, nenek tercintaku  telah meninggal :’(.

Hari minggu pagi, aku sedang bersuka ria merayakan kemenangan klub sepak bola favoritku yaitu Real Madrid yang telah memenangkan Liga Champion untuk yang kesepuluh kalinya. Tapi kesenangan itu hilang setelah ibuku memberitahu bahwa nenekku yang berada di Banyuwangi masuk rumah sakit karena sakit lambungnya kambuh. Ini sudah ketiga kalinya nenekku masuk rumah sakit. Sebelumnya, di awal januari dan pertengahan februari lalu, nenekku juga masuk rumah sakit dan nenekku berhasil keluar dari rumah sakit dengan keadaan normal kembali, sehat kembali. Tapi untuk sakit kali ini rasanya berbeda. Seakan ini adalah sakit yang terlahir kalinya yang akan dirasakan oleh nenekku. Dan ternyata itu benar, dia tidak hanya tidak merasakan sakit lagi, akan tetapi dia juga pergi. Pergi ke dunia yang tak bisa kuraih saat ini.

Aku sempat menjaga nenekku yang sakit saat dia sakit di Bulan Februari lalu. Saat itu aku sedang liburan semester di Banyuwangi. aku melihat bagaimana buruknya keadaan nenekku saat sakit. Dia muntah darah setengah kantong kresek berukuran sedang. Terbilang cukup banyak. Budeku yang selama ini merawatnya langsung membawanya kerumah sakit. Aku mejaganya bersama budeku bergantian dengan keluargaku yang lain selama 1 minggu. Saat itu aku tidak lagi memikirkan liburan dan jalan-jalan atau hal kesenangan lainnya. Yang kuinginkan adalah kesembuhan dari nenekku.
Nenekku yang sakit di Bulan Februari lalu.
Saat ini hal itu terulang lagi. Dan aku tidak bisa menjaga nenekku lagi seperti dulu karena aku sedang kuliah  dan berada jauh di Bali. Sungguh saat itu rasanya aku ingin bolos kuliah dan langsung pergi ke Banyuwangi. Saat itu ibuku berencana akan mengajak satu keluarga untuk pulang ke Banyuwangi melihat nenekku. Rencananya kami pulang di hari selasa mendekati liburan kuningan agar aku tidak banyak bolos kuliah. Tetapi rencana itu gagal setelah budeku menelepon bahwa nenekku sudah meninggal di hari senin dini hari.

Minggu malam aku tidur larut malam setelah melihat film dan mempersiapkan untuk kuliah hari senin. Aku tidur sampai jam setengah sebelas. Saat sedang tertidur lelap, tiba-tiba ibuku membangunkan. Ibuku memberitahu bahwa dia mendapat telpon dari bude bahwa nenekku tidak sadarkan diri. Saat itu aku tegang. Aku takut kalau nenekku meninggal. Kulihat jam menunjukkan pukul satu pagi. Yang bisa kulakukan saat itu hanyalah berdoa semoga nenekku baik-baik saja. Dan sepertinya doaku tidak terkabul. Setelah beberapa menit ibuku kekamarku untuk membaritahu keadaan nenekku, sekarang gentian ayahku yang kemarku untuk memberitahuku. Memberitahukan hal yang tidak pernah ingin kudengar dalam hidupku. “mbah’e meninggal”. Kalimat yang terucap dari bibir ayahku itu benar-benar membuat kesedihan datang bak air bah. Seketika aku menangis. Menangisi kepergian nenekku. Saat itu yang ada difikiranku hanya nenekku saja tidak ada yang lain. Dan di saat bersamaan aku juga melihat ibuku menangis. Nenekku yang ini adalah ibu dari ibuku.

Setelah itu ayahku langsung menyuruhku dan adik-adikku untuk memberesi barang-barang. Saat itu juga kami sekeluarga langsung pulang ke Banyuwangi. Tanpa makan, tanpa mandi, tanpa mempersiapkan apapun. Tepat pukul dua pagi dengan baju tidur dan membawa barang sedaanya kami sekeluarga langsung berangkat. Di perjalanan aku tidak bisa tidur. Tegang itulah rasa yang kurasakan selain rasa sedih. Aku masih tidak percaya bahwa nenekku mininggal.

Sampai di banyuwangi aku melihat rumah nenekku sudah di penuhi pelayat. Bendera kuning terpasang disamping rumah. Aku menyalami orang-orang di depan rumah yang sedang melayat nenekku. Setelah itu aku masuk. Aku melihat jenazah nenekku terbaring di atas papan tertutupi dengan kain. Seketika badanku langsung lemas. Aku langsung menangis depelukan budeku. Aku tidak sanggup untuk melihat nenekku. jadi aku hanya duduk sambil menangis di kamar ditemani oleh budeku. Yang kulihat hanya hawa kesedihan dirumah itu. Semua tenggelam dalam kesedihan sendiri-sendiri tidak ada yang mau berbagi. Ibukku, tanteku yang biasanya ceria dan suka guyon, sepupuku, semua tidak ada yang mau diajak biacara termasuk aku. Kami semua benar-benar tenggelam dalam kesedihan sendiri-sendiri. Tidak ada kata curhat untuk hal ini. Kami semua diam membisu.

Aku baru keluar dari kamar saat jenazah nenekku akan dimandikan. Aku melihat wajahnya yang sudah mulai membiru. Kerut wajahnya yang sudah tua. Raut wajah yang datar dan tubuhnya yang kaku. Aku masih tidak percaya. Dulu tubuh itu yang selalu ceria, selalu menemaniku, sekarang hanyalah tubuh yang tak berucap, tak bergerak, tak bernyawa. Aku ikut menyolati nenekku dan mengantarnya ke tempat pemakaman. Aku tidak berhenti melihat jenazah nenekku sampai tanah menguburnya. Aku terus-menerus melihatnya. Melihat dengan mata berlinang air mata.

Nenekku adalah orang yang kusayangi selain orang tuaku. Umur 3 bulan aku sudah dirawat nenekku. Almarhumah sudah membawaku ke banyuwangi di umurku yang masih sangat belia dikarenakan adikku sakit dan nenekku takut aku juga tertular sakit. Karena anak kembar biasanya gampang sakit dan memiliki kecacatan.

Nenekku sering bercerita tentang aku yang masih bayi. Nenekku bercerita bahwa aku gampang sakit. Baru satu bulan masuk rumah sakit dan sembuh 2 hari, aku masuk rumah sakit lagi. Dan itu berulang-ulang terus setiap hari setiap tahun. Tapi nenekku sabar merawatku. Saat bulan puasapun dia setia merawatku, menggendongku kemana-mana untuk menenangkan tangisku. Mungkin aku beruntung bisa hidup sampai umur Sembilan belas tahun ini atau mungkin ini juga hail kerja keras nenekku yang selalu mejagaku selama aku sakit saat balita. Nenekku juga pernah bercerita bahwa dia pernah putus asa dan pasrah dengan keadaanku (sampai putus asa dan pasrah! Begitu beratkah sakitku dulu sampai nenekku pernah merasa seperti itu?) Dia tidak tega dengan keadaanku yang masih balita dan terus-menerus menderita karena sakit. Dia juga sudah merelakanku apabila aku meninggal dunia daripada aku sakit-kaitan terus. Tapi sampai saat ini aku masih hidup, mungkin ini adalah pemberian yang setimpal dari Allah atas hasil kerja keras dari nenekku dulu.
Aku, Nenekku, Budeku dan mbak sepupuku.
Nenekku yang berbaju hitam totol-totol putih dan aku diatasnya.
Aku benar-benar menyayangi nenekku, dua belas tahun lamanya dia merawatku sampai aku tumbuh dewasa. Dia sudah kujadikan sebagai ibu keduaku.

Aku ingin bertanya kepada kalian, bagaimana rasanya saat ibu kalian meninggal? Sudah pasti kalian sangat sedih. Begitu juga dengan perasaanku saat nenekku meninggal.

Aku sangat kehilangan ibu keduaku yang sudah merawat dan membesarkanku.  Kerja keras dan doanyalah yang membuatku bertahan hidup sampai sekarang. Adanya nenekku benar-benar berpengaruh besar dalam hidupku. Sekarang semua itu tinggal kenangan. Hanya tinggal memori di kepalaku. Memori yang akan kusimpan dan akan kuputar saat aku ingin mengenang nenekku kembali. Sedih itu masih kurasakan sampai sekarang. Sampai detik saat aku menulis inipun aku masih sedih. Arrgghh.. aku masih ga percaya kalau nenekku meninggal. Sampai sekarang aku masih merasa bahwa nenekku masih hidup di Banyuwangi sana. Daaammnnn!!! :’(

Sekarang yang bisa aku lakukan hanya berdo’a, semoga dosa nenekku diampuni dan dia diberikan ketenangan di alam sana. Dibeikan tempat yang luas, tidur yang tenang dan diberikan cahaya di alam kubur. Do’aku selalu menyertaimu my beloved grandmom. oh Wish you were here :’(.

3 komentar:

Hilda Ikka mengatakan...

wah, aku baru sempat baca ini mbar. Turut berduka cita atas berpulangnya nenekmu ya mbar... aku bisa merasakan duka mendalam dari kisahmu. Aku juga berdoa untuk kebaikan almarhumah, semoga diberi tempat terbaik di sisi-Nya. Tetap tabah ya. :)

Unknown mengatakan...

Wah terima kasih ya ika.. you are the best :D

Unknown mengatakan...

sepertinya dekat sekali dengan neneknya yaa .. sangat menyakitkan ketika kita kehilangan seseorang yang disayang

Posting Komentar