Sabtu, 05 April 2014

Nyepi, The Silent Day

Hari senin tanggal 31 maret tahun 2014 adalah hari spesial bagi umat hindu, karena di hari itu mereka akan merayakan pergantian tahun saka dari tahun 1935 ke tahun 1936. Tahukah kalian hari apa itu? Hari itu adalah hari Raya Nyepi bagi umat hindu.

Tahukah kalian, apa itu nyepi? Nyepi adalah hari dimana umat hindu tidak melakukan aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasionalpun tutup, namun tidak untuk rumah sakit. Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup. Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka.*comot dari Wikipediadotcom hehe

Eh nyepi sudah ditetapkan menjadi warisan dunia oleh UNESCO. UNESCO dan publik dunia menamainya sebagai The Silent Day, mereka juga memperingatinya dengan tidak beraktifitas selama 2 jam lho #FFS-Fantastic Fenomenal Spectaculer :D

Saat itu aku mendapatkan libur 4 hari. Lumayan buat istirahat sejenak dari segala kepenatan kampus. Ya meskipun waktu itu aku masih ada kerjaan, yaitu sosialisasi TO SBMPTN yang di selenggarakan oleh BEM Universitas Udayana. Padahal aku sie Produksi dan Dokumentasi tapi kenapa di suruh sosialisasi? Kayak sie Humas aja, tapi ga papa sih itung-itung jalan-jalan ke desa :D

Yang kutunggu-tunggu dari nyepi ini adalah Carnaval Ogoh-ogoh*yeeee. Jujur meskipun aku lahir di Bali tapi aku belum pernah merasakan nyepi di Bali, karena aku besar di Jawa tepatnya kota kecil banyuwangi. So, this is my first experienceExcited banget, bisa mengobati rasa kangen pada carnaval. Sok-alnya di Banyuwangi  itu banyak sekali ngadain carnaval.  Mulai dari carnaval Maulid Nabi Muhammad SAW yaitu carnaval Endog-endogan. Jadi kita ngehias pohon pisang pake telor yang sudah di hias berbagai macam pernak-pernik trus diarak deh keliling kota. Lalu Carnaval Tujuh Belas Agustusan. Disini ada banyak carnaval, ada Carnaval Sepeda Hias, Carnaval Lampion, Carnaval Defile dan yang terakhir Carnaval Adat*jadi inget pas TK, ikut Carnaval adat pake baju pengantin. Dan yang paling baru yaitu BEC, Banyuwangi Ethno Carnival yang di gagas oleh pak bupati baru, Bapak Anas. 

Wah saat masih di sekolah dasar aku sering mengikuti semua carnaval itu kecuali defile dan BEC. Kalau defile kurang tertarik. Lalu kalau BEC masih baru berjalan 2 tahun, Tapi carnaval ini keren abis moga bisa menyaingi Jember Fashion Carnaval yang masih terbesar se-Indonesia.

Di Bali itu jarang banget ada carnaval kayak di Banyuwangi. Padahal bali-kan kota budaya tapi aku jarang liat ada carnaval dan yang ku tahu cuma Carnaval Ogoh-ogoh ini. Makanya aku kangen banget dan pengen melihat carnaval ini.

Nah malam ini Carnaval Ogoh-ogoh di mulai dari sore. Ternyata carnavalnya itu ga teratur, ga satu jalur, jadi mereka jalan secara acak mengunjungi banjar-banjar di sekitar mereka. jadi aku liatnya di Simpang Enam dekat rumahku, karena mereka pasti lewat jalur itu.

Carnavalnya cukup meriah. Aku suka banget ngeliat mahakarya anak-anak bangsa dari bali. Mereka kreatif-kreatif membuat ogoh-ogohnya. Bentuknya bermacam-macam. Ada yang kecil, ada yang besar dan detail itu detail banget, tapi satu hal yang sama dari mereka semua yaitu patung manusia yang mengeluarkan setan dan berusaha ditahklukan oleh dewa mereka. itu yang kulihat dari semua patung meskipun berbeda bentuk tapi intinya sama, mengusir setan. 
foto-foto ogoh-ogoh yang ku dengan keadaan blur


Keesokan harinya, kerjaanku cuma diem di rumah, karena kita ga boleh keluar, ga boleh hidupin lampu dan lebih tepatnya tidak boleh beraktifitas. Tapi dirumahku aktifitas tetap berjalan dan lampu tetap menyala. Biar ga dimarahi pecalang, segala lubang fentilasi rumah yang dapat membuat cahaya keluar, di tutupi pakai kardus, jadi aman deh :D.

Rasanya enak karena semuanya sepi. Ga da polusi udara dan ga ada polusi suara yang ada hanya rasa tenang dan sejuk. Aku bisa merasakan angin sepoi-sepoi, udara yang sejuk, kicauan burung*jarang lo kicauan burung kedengerang ditengah kota. Bali jadi seperti pulau mati tanpa kehidupan. Andai bisa keluar dan jalan-jalan pasti enak banget, tapi sayangnya ga bisa. Ehm bisa sih tapi ya kalau mau di kejar-kejar sama pecalang wkwkwk. Tapi saat sore aku bisa dengerin suara langkah kaki anak-anak kecil berlarian, jadi aku langsung deh buka pintu. Kaget banget, ternyata banyak orang yang keluar rumah di jalanan dan ada pecalangnya lo. Kok ga di marahi ya? Kayaknya pecalangnya lagi teler abis jaga semaleman*ups hehehe.

Pokoknya buat nyepi itu teopebegete :D Kita jadi bisa keluar dari keramain kota, walaupun hanya sejenak. Tapi cukup untuk merasakan kesunyian yang jarang di dapat. Next year, aku bakal sering keluar saat nyepi dan jalan-jalan keliling kota*maaf ya pecalang, jangan marahi aku :D

Jumat, 04 April 2014

Dilema Mahasiswa Pendidikan Dokter

Dokter! Siapa sih yang ga tau profesi yang satu ini. Ya sebuah profesi yang katanya memiliki nilai mulia karena bertujuan untuk menolong orang. Dokter selalu di pandang tinggi oleh masyarakat karena perannya sebagai tenaga medis sering membantu orang yang mengalami masalah dalam kesehatannya. Perannya benar-benar vital karena apabila tidak ada dokter, yang akan terjadi adalah meningkatnya epidemiologi penyakit tidak terkontrol atau angka mortalitas tinggi yang di akibatkan masyarkat yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan.

Banyak yang mengatakan bahwa dokter adalah orang yang hidupnya mapan. Segala kebutuhan tercukupi dan hidupnya sejahterah serta sentosa. Menurutku itu cara pandang yang salah. Karena tidak selamanya dokter memiliki hidup yang seperti itu. Meskipun banyak dokter yang hidupnya mapan, itu tidak lain adalah kerja kerasnya untuk mencukupi kebutuhannya dan tidak semerta-merta mendapatkan uang begitu saja. Karena salah satu janji dokter adalah “mementingkan kepentingan pasien dari pada kepentingan pribadi” jadi dokter tidak boleh memikirkan untuk mendapatkan profit yang banyak.

“Jadi dokter itu gak gampang dan jadi dokter itu susah” itulah kata-kata yang sering di ucapkan oleh dosen-ku di kampus.

Dosen yang mengucapkan kata-kata itu tidak hatu satu-dua orang saja akan tetapi banyak. Sangat jarang ada dosen yang berkata apabila menjadi dokter itu gampang dan enak. Jarang banget dan sepertinya memang hampir ga ada yang mengatakan seperti itu.

Belum jadi dokter dan masih menjadi mahasiswa seperti diriku saja, sudah banyak kesusahan yang aku alami*lebih tepatnya ku galauin hehehe. Ehm aku pernah galau gara-gara mikirin lamanya menempuh pendidikan untuk menjadi dokter. Kalau di hitung, pendidikan formal saat di kampus 3,5 tahun setelah itu ada pendidikan intership 1,5 tahun untuk pematangan menjadi dokter jadi kita menjadi co-assistant dokter yang ada di rumah sakit pendidikan contohnya RSUP Sanglah yang menjadi rumah sakit pendidikan universitasku. Itu apabila tapat waktu, kalau tidak ya bisa disimpulkan bakalan molor lebih panjang.

Trus kapan donk aku bisa cari uang sendiri?

Dan ga selalu mendapatkan beasiswa dari orang tua?

Kapaann?...

Capek banget rasanya kalau setiap hari harus minta uang jajan buat kuliah ke orang tua. Mana spp mahal ditambah pembayaran diluar spp seperti seminar, iuran, bayar kegiatan informal, beli buku dan masih banyak lagi yang harus dibayar dan itu ga sedikit biayanya. Masih mending kalau cuma sepuluh ribu tapi ini rata-rata tiga puluh ribu keatas dan kadang sampek juta #gila bener. Dapet uang dari mana orang tuaku? Mau Bayar pake daon? Ya ga mungkinlah.

Aku sering ga minta uang buat jajan. Mintanya cuma buat bayar untuk kuliah aja. Sedih banget tau gak sih. Ngeliat temen-temen bisa beli apapun dengan senangnya, dengan senyuman, dengan entengnya membelanjakan kertas hijau di kantongnya. Tahu sendirikan mahasiswa pendidikan dokter gito-loh. Pastinya orang tua mereka beruang *eh tp bukan beruang beneran ya. Maksudnya memiliki banyak uang. Aku sering liat mereka belanja ke kantin kampus, nongkrong sambil ketawa-ketiwi, dan dengan santainya membeli makanan yang harganya ga terjangkau oleh kantongku. Sedangkan aku hanya bisa menatap dengan iri. Aku sih ga berharap bisa kayak mereka, aku hanya ingin kehidupanku tercukupi *cukup beli iphone, cukup beli baju branded, cukup beli jaket, sepatu, tas wkwkw ehmm ga segitunya kalee.  :D tp... :’( sedih banget rasanya.

Mereka dengan enaknya menghamburkan uangnya tanpa beban. Pergi ke mall, Mc Donald, KFC, dan tempat sejenis. Nongkrong di kafe-kafe sambil foto selfie, jepret sana - jepret sini. Begitulah kehidupan anak-anak sosialita penuh dengan gemerlap, bikin ngiri banget.

Kenapa aku ga kuliah yang cepat trus kerja aja? Biar ga bergantung sama orang tua.
Atau langsung bikin usaha? Kan lumayan tuh udah ngerintis dari muda.. ehmm tp usaha apa ya? Usaha ga kerja tapi dapet uang *yee.. ngayal ketinggian keles wkwkwk.

Tp setelah difikir-fikir, aku ingat kembali ke niatku. Kalau aku ini sedang mencari ilmu sebanyak-banyaknya dan melanjutkan cita-cita ayahku yang ingin menjadi dokter. Ya sabar aja sih ya. Dijalani aja semuanya dengan hati yang ikhlas tanpa pamrih #kan itu salah satu sifat dokter, ikhlas tanpa pamrih*inget pelajaran medprof. Yah bulatkan tekad aja deh. Man jadda wajada (Barang siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil). Man sobaro zdofira (Barang siapa yang bersabar akan beruntung)*jadi inget pelajaran Mahfuzhod-nya Ustad Efendi sewaktu di Al-mawaddah dulu :D

Kamis, 03 April 2014

Prologue : The Bigenning


Cerita ini adalah awal dari semua. kalau kata Noah itu "awal dari semula". lepas dari masa SMA adalah masa dimana kita akan menemukan dunia baru. membuka lembaran baru dari aliran cerita dunia. Inilah diriku Mohammad Lutfi Ramadhani Adam. Anak pertama dari 4 bersaudara, usia 19 tahun dan sekarang sedah menjalani masa studi di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Jurusan Pendidikan Dokter.

Sebenarnya gak pernah menyangka, kalau aku bisa masuk di Fakultas Kedokteran dan di jurusan Pendidikan Dokter. Salah satu jurusan yang banyak diminati oleh pemuda-pemudi di Indonesia. Rasanya kayak pelm mission imposibleImposible banget tapi kejadian.




Meyandang gelar Mahasiswa Kedokteran itu bangga banget, selain karena menjadi dokter itu mulia, menjadi dokter juga bisa mengubah nasib hidup terutama bisa punya banyak duid*aku ga munafik lo, kalau aku juga pengen punya banyak duid, eh tapi jangan salah itu dari cara dan hasil yang halal tentunya :D. Terus Apa lagi kalau ada temen atau sanak-sodara yang memuji kita bisa masuk ke jurusan itu dan untung-untung kalau kamu bisa beneran jadi dokter*wah bisa kepedean selangit trus senyum-seyum sambil busungin dada kedepan wkwkwk.


Aku mendengar kabar gembira ini saat aku berada di MBI Amanatul Ummah Pacet Mojokerto. Sekolah yang sudah membimbingku. Sekolah yang memiliki guru-guru yang benar-benar kompeten di setiap bidangnya sehingga aku mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapanku.


Waktu itu adalah hari kamis di pertengahan musim hujan. Hari itu adalah hari yang menegangkan karena di hari itu akan di umumkan pengumuman kelulusan tes SNMPTN oleh Departemen Pendidikan Nasional secara online.


Sebenarnya aku dan teman-temanku bisa melihat sendiri hasilnya di website SNMPTN, tapi id dan password di pegang oleh pihak sekolah, jadi kami akan mendengarkan pengumuman bersama-sama di depan kantor sekolah.


Sebelum Pak Cecep membacakan nama-nama yang lulus SNMPTN, beliau menyuruh kami berkumpul terlebih dahulu di mushola untuk melakukan sholat ashar berjamaah dan memanjatkan do’a agar kami semua bisa lulus.

Pak Cecep selaku koordinator sekolah membacakan satu per satu nama yang lulus. Aku dan teman-teman mendengarkannya di depan kantor.


Satu per satu nama-nama teman-temanku disebutkan oleh beliau. Terlihat sekali seyum sumringah tampak di wajah mereka. Akan tetapi disisi lain, wajah sedih dan murung juga terlihat karena memang cuma satu-satu orang saja yang lulus. Sedikit sekali lo yang lulus. Sampai urutan nama berabjad M aja masih kurang dari 20 orang padahal angkatanku berjumlah 195 orang. Aku jadi tambah deg-degan saat itu.


Dan ternyata secara perlahan Pak Cecep menyebutkan namaku dan jurusan serta universitas mana yang menerimaku. Langsung spontas aku sujud syukur terus salaman sama guru di ruang kantor. Rasanya seneng banget, beban hilang semua kayak tolak angin, wes ewes ewes bablas angine :D.




Dan yang bikin tambah seneng, setiap aku bertemu dengan temen di kantin, di kamar, di kamar mandi pasti ada temen yang menyapa. Ada yang bilang “ wuih pak dokter rek”itu kalau teman sejawat, kalau adik kelas “wah keren mas iso mlebu ndek kedokteran” kalau gak ya “wah selamet yo mas klebu nok kedokteran”. Trus lagi di sosmed seperti fesbuk dan twiter itu banyak yang mengucapkan selamat. Seneng rasanya belum jadi dokter aja rasanya derajat udah ditinggikankan oleh Allah SWT. Benar-benar profesi yang mulia.


But this is just beginning. Jalan di depan masih panjang. Masih banyak yang harus dilakukan untuk mempersiapkan diri di jejang perkuliahan. Satu kata aja, ganbatte :D