Jumat, 04 April 2014

Dilema Mahasiswa Pendidikan Dokter

Dokter! Siapa sih yang ga tau profesi yang satu ini. Ya sebuah profesi yang katanya memiliki nilai mulia karena bertujuan untuk menolong orang. Dokter selalu di pandang tinggi oleh masyarakat karena perannya sebagai tenaga medis sering membantu orang yang mengalami masalah dalam kesehatannya. Perannya benar-benar vital karena apabila tidak ada dokter, yang akan terjadi adalah meningkatnya epidemiologi penyakit tidak terkontrol atau angka mortalitas tinggi yang di akibatkan masyarkat yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan.

Banyak yang mengatakan bahwa dokter adalah orang yang hidupnya mapan. Segala kebutuhan tercukupi dan hidupnya sejahterah serta sentosa. Menurutku itu cara pandang yang salah. Karena tidak selamanya dokter memiliki hidup yang seperti itu. Meskipun banyak dokter yang hidupnya mapan, itu tidak lain adalah kerja kerasnya untuk mencukupi kebutuhannya dan tidak semerta-merta mendapatkan uang begitu saja. Karena salah satu janji dokter adalah “mementingkan kepentingan pasien dari pada kepentingan pribadi” jadi dokter tidak boleh memikirkan untuk mendapatkan profit yang banyak.

“Jadi dokter itu gak gampang dan jadi dokter itu susah” itulah kata-kata yang sering di ucapkan oleh dosen-ku di kampus.

Dosen yang mengucapkan kata-kata itu tidak hatu satu-dua orang saja akan tetapi banyak. Sangat jarang ada dosen yang berkata apabila menjadi dokter itu gampang dan enak. Jarang banget dan sepertinya memang hampir ga ada yang mengatakan seperti itu.

Belum jadi dokter dan masih menjadi mahasiswa seperti diriku saja, sudah banyak kesusahan yang aku alami*lebih tepatnya ku galauin hehehe. Ehm aku pernah galau gara-gara mikirin lamanya menempuh pendidikan untuk menjadi dokter. Kalau di hitung, pendidikan formal saat di kampus 3,5 tahun setelah itu ada pendidikan intership 1,5 tahun untuk pematangan menjadi dokter jadi kita menjadi co-assistant dokter yang ada di rumah sakit pendidikan contohnya RSUP Sanglah yang menjadi rumah sakit pendidikan universitasku. Itu apabila tapat waktu, kalau tidak ya bisa disimpulkan bakalan molor lebih panjang.

Trus kapan donk aku bisa cari uang sendiri?

Dan ga selalu mendapatkan beasiswa dari orang tua?

Kapaann?...

Capek banget rasanya kalau setiap hari harus minta uang jajan buat kuliah ke orang tua. Mana spp mahal ditambah pembayaran diluar spp seperti seminar, iuran, bayar kegiatan informal, beli buku dan masih banyak lagi yang harus dibayar dan itu ga sedikit biayanya. Masih mending kalau cuma sepuluh ribu tapi ini rata-rata tiga puluh ribu keatas dan kadang sampek juta #gila bener. Dapet uang dari mana orang tuaku? Mau Bayar pake daon? Ya ga mungkinlah.

Aku sering ga minta uang buat jajan. Mintanya cuma buat bayar untuk kuliah aja. Sedih banget tau gak sih. Ngeliat temen-temen bisa beli apapun dengan senangnya, dengan senyuman, dengan entengnya membelanjakan kertas hijau di kantongnya. Tahu sendirikan mahasiswa pendidikan dokter gito-loh. Pastinya orang tua mereka beruang *eh tp bukan beruang beneran ya. Maksudnya memiliki banyak uang. Aku sering liat mereka belanja ke kantin kampus, nongkrong sambil ketawa-ketiwi, dan dengan santainya membeli makanan yang harganya ga terjangkau oleh kantongku. Sedangkan aku hanya bisa menatap dengan iri. Aku sih ga berharap bisa kayak mereka, aku hanya ingin kehidupanku tercukupi *cukup beli iphone, cukup beli baju branded, cukup beli jaket, sepatu, tas wkwkw ehmm ga segitunya kalee.  :D tp... :’( sedih banget rasanya.

Mereka dengan enaknya menghamburkan uangnya tanpa beban. Pergi ke mall, Mc Donald, KFC, dan tempat sejenis. Nongkrong di kafe-kafe sambil foto selfie, jepret sana - jepret sini. Begitulah kehidupan anak-anak sosialita penuh dengan gemerlap, bikin ngiri banget.

Kenapa aku ga kuliah yang cepat trus kerja aja? Biar ga bergantung sama orang tua.
Atau langsung bikin usaha? Kan lumayan tuh udah ngerintis dari muda.. ehmm tp usaha apa ya? Usaha ga kerja tapi dapet uang *yee.. ngayal ketinggian keles wkwkwk.

Tp setelah difikir-fikir, aku ingat kembali ke niatku. Kalau aku ini sedang mencari ilmu sebanyak-banyaknya dan melanjutkan cita-cita ayahku yang ingin menjadi dokter. Ya sabar aja sih ya. Dijalani aja semuanya dengan hati yang ikhlas tanpa pamrih #kan itu salah satu sifat dokter, ikhlas tanpa pamrih*inget pelajaran medprof. Yah bulatkan tekad aja deh. Man jadda wajada (Barang siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil). Man sobaro zdofira (Barang siapa yang bersabar akan beruntung)*jadi inget pelajaran Mahfuzhod-nya Ustad Efendi sewaktu di Al-mawaddah dulu :D

4 komentar:

Unknown mengatakan...

Jalani saja. Keep spirit...

Unknown mengatakan...

sip sip makasih :D

Hilda Ikka mengatakan...

Waah, curahan hatimuuu. aku bisa merasakannya. tetep semangat ya Mbar! Insya Allah kalo bisnis, aku ajak bareng *kalo gak lupa! :D

Unknown mengatakan...

bisnis wow bisa tuh:D

Posting Komentar