Kamis, 03 April 2014

Prologue : The Bigenning


Cerita ini adalah awal dari semua. kalau kata Noah itu "awal dari semula". lepas dari masa SMA adalah masa dimana kita akan menemukan dunia baru. membuka lembaran baru dari aliran cerita dunia. Inilah diriku Mohammad Lutfi Ramadhani Adam. Anak pertama dari 4 bersaudara, usia 19 tahun dan sekarang sedah menjalani masa studi di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Jurusan Pendidikan Dokter.

Sebenarnya gak pernah menyangka, kalau aku bisa masuk di Fakultas Kedokteran dan di jurusan Pendidikan Dokter. Salah satu jurusan yang banyak diminati oleh pemuda-pemudi di Indonesia. Rasanya kayak pelm mission imposibleImposible banget tapi kejadian.




Meyandang gelar Mahasiswa Kedokteran itu bangga banget, selain karena menjadi dokter itu mulia, menjadi dokter juga bisa mengubah nasib hidup terutama bisa punya banyak duid*aku ga munafik lo, kalau aku juga pengen punya banyak duid, eh tapi jangan salah itu dari cara dan hasil yang halal tentunya :D. Terus Apa lagi kalau ada temen atau sanak-sodara yang memuji kita bisa masuk ke jurusan itu dan untung-untung kalau kamu bisa beneran jadi dokter*wah bisa kepedean selangit trus senyum-seyum sambil busungin dada kedepan wkwkwk.


Aku mendengar kabar gembira ini saat aku berada di MBI Amanatul Ummah Pacet Mojokerto. Sekolah yang sudah membimbingku. Sekolah yang memiliki guru-guru yang benar-benar kompeten di setiap bidangnya sehingga aku mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapanku.


Waktu itu adalah hari kamis di pertengahan musim hujan. Hari itu adalah hari yang menegangkan karena di hari itu akan di umumkan pengumuman kelulusan tes SNMPTN oleh Departemen Pendidikan Nasional secara online.


Sebenarnya aku dan teman-temanku bisa melihat sendiri hasilnya di website SNMPTN, tapi id dan password di pegang oleh pihak sekolah, jadi kami akan mendengarkan pengumuman bersama-sama di depan kantor sekolah.


Sebelum Pak Cecep membacakan nama-nama yang lulus SNMPTN, beliau menyuruh kami berkumpul terlebih dahulu di mushola untuk melakukan sholat ashar berjamaah dan memanjatkan do’a agar kami semua bisa lulus.

Pak Cecep selaku koordinator sekolah membacakan satu per satu nama yang lulus. Aku dan teman-teman mendengarkannya di depan kantor.


Satu per satu nama-nama teman-temanku disebutkan oleh beliau. Terlihat sekali seyum sumringah tampak di wajah mereka. Akan tetapi disisi lain, wajah sedih dan murung juga terlihat karena memang cuma satu-satu orang saja yang lulus. Sedikit sekali lo yang lulus. Sampai urutan nama berabjad M aja masih kurang dari 20 orang padahal angkatanku berjumlah 195 orang. Aku jadi tambah deg-degan saat itu.


Dan ternyata secara perlahan Pak Cecep menyebutkan namaku dan jurusan serta universitas mana yang menerimaku. Langsung spontas aku sujud syukur terus salaman sama guru di ruang kantor. Rasanya seneng banget, beban hilang semua kayak tolak angin, wes ewes ewes bablas angine :D.




Dan yang bikin tambah seneng, setiap aku bertemu dengan temen di kantin, di kamar, di kamar mandi pasti ada temen yang menyapa. Ada yang bilang “ wuih pak dokter rek”itu kalau teman sejawat, kalau adik kelas “wah keren mas iso mlebu ndek kedokteran” kalau gak ya “wah selamet yo mas klebu nok kedokteran”. Trus lagi di sosmed seperti fesbuk dan twiter itu banyak yang mengucapkan selamat. Seneng rasanya belum jadi dokter aja rasanya derajat udah ditinggikankan oleh Allah SWT. Benar-benar profesi yang mulia.


But this is just beginning. Jalan di depan masih panjang. Masih banyak yang harus dilakukan untuk mempersiapkan diri di jejang perkuliahan. Satu kata aja, ganbatte :D

0 komentar:

Posting Komentar